Google
Showing posts with label Nusantara. Show all posts
Showing posts with label Nusantara. Show all posts

SURYO SUMIRAT MENJAGA TRADISI

Tak salah kiranya jika Solo dikenal sebagai kota budaya. Selain memiliki banyak peninggalan sejarah burupa bangunan lawas yang menyimpan banyak kisah, Solo juga menyimpan banyak seni tradisi dan budaya.
Terjaganya peninggalan

- peninggalan adiluhung ini tentu tak lepas dari peran warga
yang setia menjaga jati diri kota. Seperti yang dilakoni Yayasan Suryo Sumirat, yayasan binaan Pura (keraton)Mangkunegaran, Solo. Tanpa kenal lelah mereka terus berupaya melestarikan seni tari yang dulu pernah menjadi hiburan bagi raja maupun kalangan rakyat biasa.

Jangan kaget jika penari di Suryo Sumirat, sebagian besar tercatat sebagai penari kerajaan atau sebagai penari Langen Praja. Tugas utamanya tak main-main, membawakan tari-tarian sacral milik Pura Mangkunegaran.
Sejarah sanggar tari ini dimulai pada tahun 1982. Pencetus ide pendirian sanggar tari ini adalah Gusti Pangeran Haryo (GPH) Herwasto Kusumo, adik kandung Sri Paduka Mangkunegoro IX, raja du Pura Mangkunagaran. Saat itu, yayasan yang hingga saat ini menggunakan komplek Pura Mangkunegaran sebagai tempat latihan ini lebih cenderung mengajarkan tari-tari kreasi baru yang banyak berkiblat pada sanggar tari Swara Mahardika pimpinan Gutuh Sukarno Putra.

Setelah sepuluh tahun berlalu, GPH Herwasto menelurkan ide untuk menggali serta mempelajari kembali tari-tari klasik yang dimasa lalu pernah popular. “Sejak itu tari klasik mulai dipelajari. Tidak hanya o;eh para remaja, tapi juga oleh kalangan anak-anak,” Kata Joned Sri Kuncoro, Ketua Harian Yayasan Suryo Sumirat.
Menurutnya, peserta didik di sanggar tari tidak hanya berasal dari kalangan keturunan bangsawan. Tapi, hamper semua pendaftar yang dianggap memenuhi syarat dan memiliki bakat diterima dan dilatih. Dan kini, Suryo Sumirat telah memiliki lebih dari 400 anak didik.

Joned mengatakan, selain menari di acara kerajaan Pura Mangkunegaran, para penari dewasa di yayasan Suryo Sumirat juga sering diundang untuk unjuk kebolehan di berbagai daerah. Baik untuk menari klasik, atau yang modern. “Biasanya di acara-acara resmi oleh kalangan swasta. Tapi kebetulan bukan saya yang ngurus. Ada manajement lain. Saya lebih banyak mengurus yang klasik,” kata Joned yang juga salah satu pengjar di Institut Seni Indonesia (ISI) Solo ini.
Wayang bocah.



Read more...

Makam Para Raja

Yang nyaris terlupakan
Banyak yang bilan, Nusantara adalah tanah para pemberani. Dimasanya, banyak orang tak kenal menyerahmenyuarakan kebenaran, menentang penindsan.
Saying, dari yang banyak itu, hanya sebagian yang kemudian kita kenang sebagai pahlawan. Selebihnya,
hanya kasak kusuk dan nyanyian bisu pahlawan tak dikenal. Seperti kisah para raja di kawasan sumba timur,
nusa Tenggara Timur (NTT), diantaanya Raja Prailiu Pertama. Tamu Umbu, Tana Homba, seorang pemimpin di Kecamatan Pandawae, Waingapu – Sumba Timur. Kharismanya yang luar biasa, membuat Raja Prailiu Pertama dipercaya untuk memimpin semua kerajaan kecil yang ada di Tanah Sumba.

Sampai – samp[ai muncul sebuah mitos, kain hinggi, ikat kepalanya mampu mematikan tumbuhan sebesar bentangan ikat kepala. Terbukti hingga kini masih ada lahan di perbatasan antara Sumba Timur dan Sumba Barat yang tidak bias ditumbuhi rumput.

Pasca meninggalnya raja pertama, tampak kekuasaan dipegang Tamu Umbu Rara Meha. Seperti Raja Prailiu Pertama, raja kedua juga tak menyisakan catatan tentang tahun kelahiran dan kematian. Yang ad ahanya kekuasaan raja kedua yang berkembang dan tersohor hungga LEwa, Kambera, hingga Kadumbul.
Sepeninggal Raja Tamu Umbu Rara Mena, kerajaan Prailu yang berada di pinggiran ibu kota Waingapu, Sumba Timur kembali dipimpin TAmu Umbu Rihi Eti (1901-1978). Lagi-lagi ia juga dikenal sebagai raja yang disegani rakyatnya.
Cerita dan mitos-mitos inilah yang terus berkembang turun temurun dikalangan masyarakat sekitar kompleks pemakaman yang ada di Perkampungan Raja, Waingapu. Karena ditempat itu pula par araj Prailiu, baik yang Pertama hingga Ketiga dimakamkan.

Dari pusat kota Waingapu, kompleks pemakaman ini hanya berjarak sekitar 10 kilometer, atau butuh kurang dari 10 – 15 menit perjalanan.
Padahal Tamu Umbu Rara Meha memiliki sejarah perjuangan melawan colonial melebihi raja lainya. Kata Tamu Rambu Eri. Gara-gara gencar melakukan perlawanan terhadap colonial Belanda, sang raja pernah diasingkan ke Padang, Sumatera Barat.
“Ia dibuang karena politik devide et impera,” kata Umbu Ndapa Konda Meha, sesepuh warga, awal kejadiannya ,Tamu Umbu Rara Meha yang tidak begitu simpatik dengan Belanda menolak semua kebijakan yang ditentukan pemerintah colonial . “Penolakan ini menyebabkan Bapa Raja jadi musuh besar Belanda, dan jadi target untuk dibunuh.” Tambah Umbu Ndapa.
Tahu dirinya diincar Belanda, ia melarikan diri ke hutan dikawasan Lewa. Pengejaran terjadi. Dan untuk dapat meringkus Tamu Umbu Rara Meha, Belanda harus mengerahan seluruh kekuatan. “Kekuatan personil dan persenjataan yang dikerahkan belum bisa menangkap Raja Prailiu. Bahkan banyak tentara Belanda teewas, karena perang gerilya yang dilancarkan,” ungkap Umbu Ndapa Konda Meha lagi.
Melihat banyak korban berjatuhan dipihaknya, pemerintah Belanda memanfaatkan Raja Kanatang, yang kebetulan tidak berada di bawah kekuasaan Raja Prailiu. Ia diminta membujuk Tamu umbu Rara Meha keluar dari tempat persembunyiannya, dan mau melakukan perundingan. Percaya dengan perkataan Raja Kanatang, Setelah bergerilya selama hampir tujuh tahun, Tamu Umbu Rara Meha pun keluar dari persembunyiannya.
Menurut Umbu Ndapa Konda Meha, pada awal perundingan semua masih berjalan aman dan lancar. Akan tetapi, setelah masuk pada persoalan yang bersifat mendasar dan mengancam rakyat, Raja Prailiu tegas menolak. Buntutnya, Tamu Umbu Rara Meha ditangkap paksa dan dibuang ke Padang.
Sepulang dari pengasingan, perubahan mulai dilakukan Sang Raja. Dari desain bangunan istan Swapraja yang dulunya murni berciri Sumba, berubah jadi ala Padang, lengkap dengan atap yang runcing. Bangunan peninggalan ini tetap utuh dan kokoh hingga kini.


Read more...

Obyek Wisata Pantai CARITA di Banten

Sejak dahulu, Provinsi Banten memang terkenal dengan keindahan pantainya. Sebut saja Anyer yang telah melegenda sejak jaman penjajahan Belanda. Saat ini, Pemerintah bersama masyarakat mengembangkan beberapa obyek wisata pantai di provinsi ini,
seperti Carita, Labuan, Karang Bolong dan masih banyak lagi, yang sangat menawan untuk dinikmati di akhir pekan. Kali ini, Explore Indonesia berkesempatan mengunjungi Pantai Carita dan menyajikan cerita seputar lokasi wisata yang mempesona para pengunjungnya ini kepada para pembaca.Pantai Carita merupakan objek wisata yang terletak di Kabupaten Pandeglang dan telah ditetapkan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.440/kpts/UM/1978 pada tanggal 15 Juli 1978 sebagai Taman Wisata Alam. Dengan Panorama yang indah serta pasir pantainya yang putih membuat kawasan ini sering dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Pantai Carita kaya akan sumber daya alamnya. Hamparan tepian yang amat landai dengan ombak laut yang kecil dan lembut menyapu di sepanjang pantai, dipadu pemandangan Gunung Krakatau yang kokoh berdiri di kejauhan menjadi suguhan ukiran alam yang indah dipandang mata. Saat kami bertamu ke sana, melihat dan menyelami sendiri suasana tempat wisata ini, kenyataan itu meyakinkan kami tentang semuanya.



Bermain Pasir Pantai

Banyak pengunjung yang datang kesini menghabiskan sebagian waktunya di pantai sambil bermain pasir. Khususnya bagi anak-anak, bermain di pasir putih Pantai Carita dilakukan sambil membuat istana pasir dan membentuk gunung. Selain anak-anak banyak remaja yang juga senang bermain pasir di sana. Mereka lebih sering membuat lubang besar dan dalam yang dapat mengubur tubuh mereka hingga sebatas leher. Kami pun tidak mau kalah dalam permainan yang cukup mengasyikan itu. Seorang anggota tim Explore Indonesia membuat lubang di pasir dan masuk dengan berbaring di dalam lubang, sementara teman lainnya menguburnya hingga yang terlihat hanya kepalanya saja. Kami pun tidak menyangka, ternyata beberapa saat ”dikubur” mendekat seekor kepiting yang sedang berjalan menuju dirinya, yang akhirnya membuat kami tertawa terpingkal-pingkal melihat ”si terkubur” berteriak-teriak, kuatir jika sang kepiting akan menjepit hidungnya, hahaha….!



Ombak yang Kecil dan Lembut

Di sini para wisatawan diberikan kebebasan untuk berenang langsung di pantai, walaupun dibolehkan hanya sampai batas yang telah ditentukan pengelola pantai. Dengan ombak yang kecil, setiap pengunjung dapat berenang dengan aman dan nyaman kendatipun baru pertama kali berenang di pantai. Sangat mengasikan. Bagi yang ingin berenang menggunakan papan pelampung, di tempat ini banyak tersedia matras selancar dengan harga yang amat merakyat. Cukup mengeluarkan satu lembaran uang lima ribuan rupiah, Anda bisa menggunakan sepuasnya. Sungguh sangat menyenangkan jika berenang menggunakan matras selancar ini, meluncur di atas air dengan santai sambil menikmati alunan gelombang kecil sepanjang pantai. Jika ombak datang, Anda hanya perlu terlungkup di atas matras dan byurrrrr…. matras pun terbawa dorongan ombak ke tepian pantai. Kami pun mencobanya berulang-ulang, wah sungguh mengasikkan dech…, seakan tidak ingin berhenti berenang.


Read more...

Agrowisata Teh/Perkebunan Gunung Gambir

erkebunan Gunung Gambir, 48 km Barat Laut Kota Jember, merupakan perkebunan teh peninggalan Belanda. Dengan ketinggian 900 m diatas permukaan laut kawasan lereng Argopuro sangat ideal untuk teh bir (beer tea) yang di ekspor ke Eropa.
Dengan udara sejuk para wisatawan dapat menyaksikan langsung tanaman teh tahun 1918, 1923 dan 1927 dan pemrosesan teh bir mulai dari pemetikan
sampai pengeringan dan pengepakan, bahkan khusus untuk wisatawan dapat menikmati beragam rasa teh dengan mencicipi 8 jenis teh produksi Gunung Gambir. Perkebunan teh ini juga dapat dijadikan sarana olahraga (tea walk). Fasilitas yang tersedia berupa areal perkemahan, akomodasi, kolam renang anak–anak dan lapangan tenis.

• DAYA TARIK
- PERKEBUNAN GUNUNG GAMBIR
Tanaman teh Perkebunan Gambir sudah ditanam sejak tahun 1918.
- PANORAMA ALAM
Pemandangan alam di daerah Perkebunan Teh, Kopi dan Karet yang indah dengan udara yang sejuk dan dingin.
- PABRIK TEH
Wisatawan dapat menikmati dan mengamati proses pengolahan teh di dalam pabrik dari pemilihan daun teh pilihan hingga proses pengemasan untuk dipasarkan.
- Terdapat proyek pengembangan lahan Teh Hijau ( Green Tea) yang saat ini banyak diminati oleh masyarakat karena manfaatnya bagi kesehatan.
- Memiliki sejarah (Mitologi) “Dewi Rengganis” yang konon ceritanya berkedudukan disepanjang lereng pegunungan Argopuro. Bukti cerita ini dapat kita jumpai dengan adanya “Candi Kedaton” di desa Andong Biru Kecamatan Tiris, Probolinggo ( masih dalam lingkup pegunungan Argopuro)

• FASILITAS
1. Paket kunjungan kebun teh dan proses pengolahan teh ( Tea Package Tour)
2. Camping Ground ( bumi perkemahan ) untuk Pramuka dan Pecinta Alam.
3. Jogging Track, topografi lokasi yang berbukit – bukit dapat dimanfaatkan sebagai arena jogging track.
4. Lapangan Tenis
5. Penginapan :
a) Villa Rangganis (tiga kamar)
b) Villa Camelia (enam kamar)
c) Yabukita Room (empat kamar)
6. Pabrik Teh
7. Kantor Pengelola

• TRANSPORTASI
Untuk mencapai ke lokasi dapat menggunakan kendaraan pribadi atau sewa karena di lokasi belum tersedia sarana transportasi.

• PENGELOLA / PEMILIK
PTPN XII – Jl. Gajah Mada no. 72 Jember
Telp. (0331) 480398, 484451, 487825


Read more...

Wisata Rembangan

Wisata Rembangan yang terletak 12 km arah Utara Kota Jember merupakan obyek wisata pegunungan yang dilengkapi dengan pemandian, hotel dan agrowisata Kopi Kebun Rayap. Obyek wisata Rembangan ini mempunyai luas lahan 45,30 Ha
denghan suhu udara antara 18 – 250 C dengan ketinggian ? 600 meter dari atas permukaan laut, merupakan lokasi wisata yang sangat sesuai untuk beristirahat, apalagi ditunjang dengan udarapegunungan yang sejuk dan panorama alamnya yang indah.
Wisatawan yang berkunjung ke Rembangan dapat menikmati teh jahe Rembangan dan pisang agung goreng keju Rembangan yang merupakan makanan khas Jember. Dengan fasilitas yang memadai, seminar dan lokakarya sering diadakan di obyek wisata ini. Wisatawan juga dapat mengunjungi Agrowisata Kebun Rayap yang merupakan Paket Wisata Rembangan.

• DAYA TARIK WISATA:
1. AGRO WISATA (Rembangan dan Perkebunan Rayap/ PTPN XII) dengan hasil perkebunan yaitu: kopi Arabika dan Robusta, pisang, durian dan pepaya.
2. Kolam renang terdiri dari dua unit (untuk dewasa dan anak – anak)
3. Panorama alam pegunungan
4. Perusahaan susu sapi rembangan

• FASILITAS
1. Jalan Aspal Hotmixed ke Lokasi
2. 2 Unit Kolam Renang
3. Hotel Kelas Melati – Kapasitas 27 Kamar
4. Aula Kapasitas 250 Orang
5. Restoran
6. Playground
7. Musholla
8. Areal Parkir yang luas
9. Lapangan Tenis
10. Gazebo
11. MCK
12. Shelter
13. Listrik / Air
14. Areal Perkemahan
15. Areal Sepeda Gunung dan berkuda

• HISTORIS
Wisata Rembangan merupakan peninggalan yang dibangun Belanda pada Tahun 1937 didirikan oleh Mr. Hofstide, bangunan asli dapat dilihat pada Restoran.

• TRANSPORTASI
dapat menggunakan segala jenis kendaraan

• TARIF TIKET
Dewasa Rp. 3.000,-
Anak-2 Rp. 2.000,-
Motor Rp. 500,-

Read more...

Pantai Papuma

Selain Pantai Watu Ulo, pantai yang juga menarik untuk dikunjungi adalah Pantai Pasir Putih Malikan (PAPUMA) yang letaknya bersebelahan dengan Pantai Watu Ulo. Sepanjang Pantai Papuma terbentang pasir putih
yang indah dipandang dan nyaman diinjak karena terasa empuk dan lembut. Papuma sering dijadikan tempat berjemur oleh Wisatawan Mancanegara. Disamping keindahan alamnya, Pantai Papuma juga kaya akan fauna seperti BiawakAlas, burung-burung dengan ragam jenisnya, Babi Hutan, Rusa, Landak dan Trenggiling.
Untuk lebih menambah kesempurnaan dalam menikmati panorama alam, di Papuma disediakan penginapan dan rumah makan yang menyediakan makanan Indonesia dan makanan Ikan Bakar Khas Papuma.

• LOKASI : Desa Lojejer Kecamatan Wuluhan (Sebelah Barat Wisata Watu Ulo)
• JARAK TEMPUH KE LOKASI : ± 45 Km dari Kota Jember
• SUHU UDARA : rata–rata 25°C – 32°C

DAYA TARIK
- PANORAMA ALAM keindahan alam Pantai Papuma dengan perpaduan antara hutan, laut, dan gugusan pulau Dewa (Krisna, Nada, dan Bathara guru)
- PASIR PUTIH: merupakan daya tarik bagi wisatawan dan kebiasaan para wisatawan mancanegara pada musim panas adalah berjemur di pasir putih ini
- SITI HINGGIL: dari lokasi Siti Hinggil yang berada pada ketinggian 100m/dpl, wisatawan dapat menikmati keindahan laut selatan dan Pulau Nusa Barong
- GUA LAWA: mempunyai kedalaman + 30 m yang dapat dicapai pada saat air laut surut (menurut legenda, lokasi ini merupakan tempat bersemayam Putri Penguasa Laut Selatan ”Dewi Sri Wulan” dan tempat bertapa Kyai Mataram)

FASILITAS
- Jalan Aspal
- Areal Parkir
- Jalan Lintas dan Pendakian
- Tempat Istirahat/Balairung
- Bumi Perkemahan
- Kios Makanan
- Kios Souvenir
- Shelter
- Gazebo
- Playground
- MCK
- Listrik/Air
- Musholla
- Telepon Umum

TRANSPORTASI
Dapat menggunakan segala jenis kendaraan (roda dua dan empat) karena jalan menuju lokasi beraspal hotmixed.


Read more...

Pantai Watu Ulo

Kearah selatan kota Jember di gugusan Samudera Indonesia terdapat pantai yang indah panorama alamnya yaitu Pantai Watu Ulo terletak ± 45 Km dari kota Jember. Untuk menuju ke Pantai watu Ulo bisa ditempuh dengan segala macam kendaraan. Disebut Watu Ulo karena di pantai itu ada sebuah batu panjang berbentuk ular (Jw. Ulo) dengan penuh sisik. Menurut cerita rakyat dikatakan bahwa pada jaman dahulu kala ada sebuah ular yang
sedang bertapa di pantai itu. Setelah terkabul permohonannya kepada Yang Maha Kuasa maka berwujudlah ia menjadi sebuah batu yang persis seekor ular dengan kepalanya menjulur ke laut, sedang badannya berada di daratan.
Pada jaman pendudukan Jepang, pegunungan di sekitar Pantai Watu Ulo dijadikan benteng pertahanan dan pengintaian bala serdadu musuh yang mau menyusup daratan melalui pantai. Benteng Jepang yang berjumlah lima buah tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai Goa Jepang dan merupakan salah satu lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Disamping Goa Jepang, di sebelah Watu Ulo ada sebuah Goa Lawa (Goa Kelelawar) yang dihuni ratusan ribu kelelawar. Goa ini bisa dimasuki oleh pengunjung dengan menyusuri dan melewati pantai berpasir. Karena tempatnya yang sunyi dari keramaian, goa ini sering dijadikan tempat bermeditasi bagi orang-orang tertentu, apalagi mengingat goa ini mempunyai kedalaman 100 m.

DAYA TARIK
- BATU ULAR merupakan batu memanjang di pesisir pantai yang sekilas mirip ular
- PANORAMA ALAM keindahan pantai dengan gugusan karang di tengah laut yangmerupakan ciri khas Pantai Watu Ulo
- PEKAN RAYA WATU ULO diselenggarakan pada tiap 1 Syawal s/d 10 Ayawal (lebaran) yng merupakan acara tradisi dalam rangka memberikan hiburan untuk masyarakat
- LARUNG SESAJI PANTAI WATU ULO diselenggarakan pada tanggal 7 Syawal (hari Raya ketupat) dengan maksud sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang diberikan kepada para nelayan khususnya dan masyarakat Sumberrejo pada umumnya.

FASILITAS
- Playground (Taman Bermain)
- Camping Ground(Areal Berkemah)
- Souvenir Shop (Kios Souvernir)
- Warung Makanan Dan Minuman
- Kantor UPTD
- Musholla
- MCK
- Tempat Parkir
- Jalan Hotmixed
- Telepon Umum
- Listrik / Air
Sumber dari Pemkab jember

Read more...

Panataran di Lereng Kelud

Candi Panatran (ada yang menyebut sandi Penataran) terletak di desa Penataran, Kecamatan Ngegok, Kabupaten Blitar, kurang lebih 12 kilometer arah utara dari kota Blitar. Persisnya, di lereng barat daya Gunung Kelud, berada pada ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Sebuah literasi menyebut, pemilihan lokasi pembangunan Candi Panataran, bisa jadi sangat terkait dengan ancaman yang muncul dari

Gunung Kelud. Eksistensi Panataran,digunakan sebagai penolak bahaya yang datang dari ledakan gunung. Catatan ini diperkuat dengan data lain yang mengatakan, Hayam Wuruk, Raja Majapahit, konon juga sering melakukan pemujaan khusus untuk menhormati Girindra, Raja Gunung.

Dilihat dari bentuk dan susunan fisiknya, Candi Panataran lebih pas disebut sebagai gugusan candi atau kompleks percandian. Karena di area nin, kita bisa menemui sejumlah candi. Nama candi Panataran sendiri lahir dari kebiasaan, karena candi ini ada di desa Penataran. Tapi saat melihat prasasti yang ada di sisi selatan, kita akan disuguhi data yang menyebut, pada suatu saat peresmian pembangunan sebuah perdikan untuk kepentingan Sira Paduka Barata Patah. Saat para peneliti melihat catatanyang ditulis dalam huruf Jawa Kuno itu, mereka berpendapat, ysng dimsksut Palah tidask lain adalah Penataran. Jika benar Candi Palah adalah Panataran, maka sesuai data tahun yang menandai prasasti, Panataran sudah berdiri pada tahun 1119 Saka atau 1197 Masehi. Prasasti nin dikeluarkan oleh Raja Srengga dari Kerajaan Kediri.

Uniknya, di arca kembar penjaga pintu atau yang biasa disebut Dwaraphala, terdapat ukiran atau pahatan angka dalam huruf Jawa Kuno. Terdapat angka 1242 Saka atau 1320 Masehi. Pahatan di patung penjaga kompleks percandian yang oleh masyarakat setempat Mbah Bodho ini, melahirkan spekulasi baru. Bahwa di tahun 1320 Masehi, bangunan suci Pala baru diresmikan menjadi kuil negara pada jaman Prabu Jayanegara, Raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1309 – 1328 Masehi.

Spekulasi lain diluncurkan Bernet Kempers (1959), arkeolog asal Belanda. Ia meyakini, usia pembangunan komplks Percandian Panataran memakan waktu sekurang - kurangnya 250 tahun yaitu dihitung berdasar data tahun pembangunan di masa Kerajaan Kediri, 1197 Masehi, hingga 1454, masa kerajaan Majapahit. Mungkin ini yang jadi alasan, mengapa bangunan dengan gaya Majapahit lebih terasa dominan di Panataran.

Kompleks candi ditemukan Sir Thomas Stamfort Raffles (1781 – 1826), Letnan Gubernur Jendral Kolonel Inggris yang berkuasa di Nusantara, pada tahun 1815.aat itu, ia bersama Dr.Horsfield, pakar ilmu alam, sedang menjelajahi di lereng Kelud. Hasil temuanya ini kemudian dibukukan dalam History of Java.

Catatan yang menyebutkan, bersamaan dengan masuknya Agama Islam dan runtuhnya Kerajaan Majapahit, banyak bangunan yang suci Hindu dan Budha ditinggal begitu saja. Akibatnya, banyak bangunan yang tidak dirawat dan tenggelam begitu saja. Ironisnya, ketika terjadi bencana alam seperti tanah longsor dan banjir lahar gunung .

Read more...

Sejarah Megah Hotel Mojopahit.

Tiba di Surabaya, cobalah untuk berbelok ke hotel majapahit. Tepat di tengah kota,tepatnya di bilangan Jl, Tunjungan, Surabaya. Jangan buru-buru mampir di receptianist, tapi cobalah duduk santai di kursi lobby. Mendengar musik mengalun pelan, atau menikmati tata ruang hotel yang luar biasa menawan. Melihat lorong,
pilar, jendela, atau lantainya. Jika sudah puas, biarkan imajinasi masuk dalam ruang dan waktu masa lalu. Ketika lucas martin sarkies, pendiri hotel ini, berjalan penuh percaya diri untuk kali pertama di hotel oranje puluhan tahun silam.
Seperti ditulis di banyak litersi, Hotel Majapahit dulunya memang bernama Hotel oranje. Berdiri pada tahun 1910, Hotel ini langsung menawarkan gaya kolonial, dan gaya art deco di lobbynya. Tak jelas siapa arsitek yang menggagas gaya ini. Yang pasti, saat renovasi pertama pada oktober 1933, arsitek yang terlibat adalah architectenbur job sprey, dilanjutkan renovasi ke dua (1991) yang melibatkan mana Joshi.
Bagi keluarga Sarkies, eksistensi Hotel Oranje makin melengkapi kiprah bisnis perhotelah di asia. Setelah Rafles Hotel di Singapura, The Strand Hotel di Myanmar, The Eastern and Oriental Hotel di Malaysia, dan Hotel Niagara di Lawang, Jawa Timur.
Sayang, ketika Perang Dunia II berkecamuk di belahan dunia, hotal ini dikangkangi tentara jepang. Bias ditebak fungsinya langsung berubah pula. Dari Hotel Oranje disulap jadi barak militer sekaligus kamp tawanan perang, khususnya untuk perempuan dan anak-anak. Yang mengherankan, jepang tetap menggunakan label hotel sebagai nama bangunan, dari Hotel oanje menjadi Hotel Yamato.
Ketika pemerintahan jepang ambruk, 29 September 1945 pagi, Yamato mulai berpindah tuan. Bersamaan dengan datangnya tentara Belanda,bendera di puncak Yamato pun berganti, dari Hinomaru jadi merah putih biru.
Kegembiraan masyarakat Surabaya setelah ditinggal Jepang langsung terusik. Apalagi pada tanggal 31 Agustus 1945, pemerintah Soekarno- Hatta sempat membuat maklumat yang menerapkan mulai 1 September 1945, bendera merah putih akan dikibarkan terus menerus di seluruh Indonesia.
Di Surabaya, maklumat ini disambut dengan pengibaran bendera di seluruh sudut kota. Mulai dari teras atas Gedung Kantor Karesidenan ( kantor Syucokan, gedung Gubernuran sekarang, Jl.Pahlawan) yang terletak di muka gedung Kempei Tai (Tugu Pahlawan), di atas gedung Internatio, disusul barisan pemuda dari segala penjuru Surabaya yang membawa bendera merah putih datng ke Tambaksari (Lapangan Gelora 10 Nopember) untuk menghadiri rapat raksasa yang diselenggarakan oleh Barisan Pemuda Surabaya.
Di Yamato, suasana bergerak makin panas. Dan seperti yang tertuang dalam banyak catatan sejarah, terjadilah drama perobekan bendera Belanda menjadi merah putih. Mulai dari diplosi a lot Residen Sudirman dan Ploegman, perwakilan sekutu, sehingga aksi massa yang memadati Jalan Tunjungan. Sorak sorai berkumandang. Darah terhempas. Merah putihpun berkibar.
Ganti mana.
Hotel Majapahit memang terbilang kerap ganti nama bahkan julukan. Dimulai pada 1910, nama yang digunakan adalah Oranje Hotel. Nama oranje, diambil dari nama keluarga Ratu Belanda saat itu. Pada 1942, nama yang digunakan Yamato Hoteru atau Hotel Yamato. Tak lama, 19 September 1945,

Read more...
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

  © Blogger templates Inspiration by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP